<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d8898902145855389972\x26blogName\x3dDIARI+DARA+TO+DARMA\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dSILVER\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://diaridara-to-darma.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://diaridara-to-darma.blogspot.com/\x26vt\x3d4978034098595340590', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>




Friday, April 30, 2010

Pertemuan dan pengenalan udah selesai. Gue pun menukar baju ke t-shirt. Haii.. Keliatannya panas ya hari ini! Bokap ke dapur mencuci gelas-gelas yang ia menyediakan untuk tetamu-tetamu istimewa hari ini. Dirna pula ke bilik kemudian gue liat ia pun mengenakan t-shirt sambil memegang ART JOTTERBOOK. Mungkin ia mau melukis kalii!!!

TOK! TOK! TOK!

"Siapa itu? Darma! Pergi buka pintu lor...," kedengaran suara bokap dari arah dapur.

Gue nggak ngata apa-apa sejurusnya ke pintu utama. Gue pun buka dan lalu....

"Darma! My honey! Tadaima!!!"

Ah.... Ternyata Luna, isteri gue udah sampe! Happy banget ni!! Dia truss dakap gue... Dan gue membalesnya, mengusap rambutnya yang ikal dan licin. Dia trus kucup gue! Yeahaa!! Kemudian dia mendapati Dirna lalu juga didakapinnya lalu ke bokap dengan mengucup pipi bokap.

"Lun, kok siang banget lo sampe? Emangnya kata lo, lo sampe malam," kata gue, mencakak pinggang.

Luna senyum-senyum gituh, lalu menjawab, "Eeiih... Mau ngasih surprise deh!!"

Gue menarik muka masam. Walaupun gue senang Luna udah tiba tapi gue nggak juga senang kalo Luna tipu-tipu gituh... Ketika gue nelpon dia, dia malah ngasih convince giler ke gue yang nanti malamnya dia sampe kok tiba-tiba nggak ada angin nggak ada ribut dia udah nyampe!!

Gue melipat lengan dan memalingkan badan gue darinya. Luna mula gelisah dan menggoncang bahu Dirna seperti dengan reaksi berkata 'adakah gue berbuat salah?' Apabila diliat Dirna hanya menggelengkan kepalanya, Luna lalu beralih ke papa yang sedang tersenyum kambing. Papa tidak berkata apa-apa kecuali menunjukkan reaksi kepada Luna supaya mujukin gue. Setelah itu papa pun menarik Dirna ke dapur. Tinggal lah kami berdua...

Luna mendekati gue dan berkata dengan suara yang bersalah, "Aduh, Dar... Maafin gue ya. Gue nggak bermaksud mau nipu lo. Tapi kan untuk ngesurprise-in lo. Nggak salah kan??"

"Kan lo udah tau kalo gue nggak suka sama surprise-surprise ginian..."

"Iya. Tapi...," kata Luna dengna tersekat-sekat.

"Tapi apa?" tanya gue. Gue meninggikan suara. "Kenapa lo berbuat demikian?"

"Aduh... Darma, maafin gue ya. Gue nyesaal banget gue lakuin itu. Janji nggak akan lakuin lagi!!"

"Ya udah. Gue sebenarya siih nggak marah sama lo cuma sedikit kaget aja. Ya maklumlah, lo sampe siang. Dan untuk pengetahuan lo ya, gue sebenarya senaangg banget dapat ketemu lo lagi! Rindu gue dekat setengah napas lagi bisa hidup. Akhirnya dimakbulin juga!" kata gue, tersenyum dan memegang dagu Luna dengan manja.

"Aah!! Mas Darma JAHAT!!! Bikin gue takut aja... Gue pikir lo betul-betul marah...," kata Luna, menginjak-nginjak lantai lembut.

"Sorry deh. Ayuh ke atas.... Biar gue ngangket koper lo..."

Sejurus ke tangga, bokap keluar dari dapur dan liat kita udah baik-baikan lalu ia pun menyampuk.

"Wah! Udah baik-baikan nih! Luna, lepas ini kamu turun dan makan tengahari bersama. Dirna masak."

Luna mengangguk dan menyambung langkah menaiki tangga.

Di bilik Luna....

"Kopernya letak di sini aja!" arah Luna.

Gue meletakkan dua koper Luna ke tepi pintu dan melonggoknya ke kiri agar tidak menghalang jalan. Luna merebah punggunnya ke katil dan gue juga ikut serta. Luna melepaskan jam tangannya yang sudah beberapa lama melekat di gelangan tangan dan meletaknya tepi. Kemudian kita saling berpandangan. Tersenyum dan kemudia ketawa mengingati kisah tadi. Luna menyandar ke bahu gue. Terasa hangat dan lembut di sisi Luna. Gue gituh rindu amat sama dia. Walau begitu, kita berdua belum lagi melakukan hubungan 'itu'. Ini kerna kita berpendapat bahawa kita ini masih muda. Dan gue dapatin ke diri gue yang gue ni belum bersedia pun mahu 'melakukannya'. Begitu juga Luna. Kami hanya menunggu masa yang tepat dan sesuai. Mungkin kami berpikir sebaiknya selepas tamat persekolahan.

"Oh ya. Gimana pertemuan bakal istri Dirna? Sukses nggak?" tanya Luna dan ia menatap gue dengan mata berkaca.

"Emm... Iya. Baik-baik aja. Keliatannya mereka berdua suka sama-sama. Ya... Jadi nggak masalah lah... Gue rasa lebih baik lo nanya tu anak pendapatnya... Juga nanya papa."

Luna ngangguk tanda setuju, "Ya iya lah... Nanti gue nanya. Penasaran nih!"

Gue tersenyum lalu kami menggesel bibir kami buat seketika sehinggakan.....

"Kak Darma! Kak Luna! Ayuh makan tengahari... Udah siap nih!" teriak Dirna dari bawah.

Kita berdua tersentak dan berhenti menggesel bibir. Kita berdua turun ke bawah.