<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar/8898902145855389972?origin\x3dhttp://diaridara-to-darma.blogspot.com', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>




Friday, September 21, 2007

"Apa lo kata? Purda, sepupu Samuel itu suka sama Dirna??" tanya papa, mengerut dahinya.

"Bener, pa... Samuel sendiri yang kata!" sahut gue, mau kasi papa percaya.

"Tapi kan Dirna kan masih 11 tahun. Mana boleh pacaran!"

"Pa, dia nggak pacaran. Tapi ini soal si Purda itu suka sama Dirna!!!" gue menarik baju papa.

"Pokoknya, papa harus tanya sama Dirna bila dia pulang," kata papa, masih nggak percaya. "Papa nggak berapa berkenan sama Purda."

Papa trus ke dapur. Tinggal gue sendirian. Ya, papa being protective kerna Dirna akan bernikah langsung lagi bila umurnya meningkat 12. Nikah sama siapa pun boleh tapi jangan si Purda. Ding Dong! Kayaknya Dirna udah pulang!!

"Tadaima!!!"

"Kemari sini, LO!!!" gue menarik lengan Dirna dan terus membawanya ke bilik kami.

"Apaan si, Kak?"

"Sshh.. Diam aja," gue mengambil satu jari dan menutup bibir gue supaya senyap dan gue trus kunci bilik.

"Dir, kak mo tau... Lo suka nggak sama Purda?"

"Purda? Ya suka sih.. Kenapa?"

"Arrghh! TIDAAK!!" jerit gue. Mampooss!! Kalo papa tau tau pasti ribuuut!! Dirna suka sama Purda? Bermakna mereka saling mencintai.. Aduhh!!! Gi mana nih?? Mama nggak kisah tapi papa nii.. Purda? Tapi kenapa mesti suka sama dia???

"Kak...!"

Ohh!! Tidak... Benda ini tidak harus terjadi... Papa, janga mati ya!

"Kak...!!"

Tapi kalo papa 'mati' juga gi mana? kita bisa jadi anak atim! Duh!! Nanti mama yagn susah jagain kita.

"Kakak Darma!! Budek siih?? Kok nggak denger??" pekik Dirna. "Emang siih kenapa sama kakak?"

"Kita repot, Dir.... Kalo papa tau, papa tidak bisa menerima!"

"Wei... Wei... Nanti dulu, kak... Apa kakak kata? Kita repot? emangnya kenapa siih?" tanay Dirna, bingung sambil mengusap kepalanya.

"Iyalah... Kan kata yang lo ni suka sama Purda.. Ya, papa kan ngga berapa suka sama Purda."

Kita diam sejenak. Tiba-tiba di sudut mata Dirna seperti bermain. Dia tersenyum lalu berkata dengan tenang, "Oh jadi ceritanya begini. Lo sama papa duga yang Dirna suka sama Purda dan kita saling mencintai..? Hahaha.... Itu sesekali nggak bener, kak!! Bener, Purda suka sama Dirna. Tapi, Dirna tolak dia kerna Dirna tau Dirna akan menikah nanti. Lagipun Dirna siih, Dirna suka dia sebagai temen ngga lebih dari itu."

Gue menghelah nafas sekuatnya, "Lor... Nasib baik siih. Gue kcakpeyan mikian pasal lo!"

"Kakak dapat tau dari mana? Sama Kakak Samuel ya?"

Aku mengangguk.

"Udah, kak. Nggak usah dimikirin. Besok jugak papa mau Dirna kenalan sama cewek itu. Bakal isteri gue. Da da... Mo tidur dulu!!"

Dirna melemparkan dirinya ke katilnya. Baru aja melelapkan mata udah tidur. Hai Dirna-Dirna.. Bikin orang kaget aja. Gue jugak mau lihat siapa bakal isterinya nanti...